(buat Hamster Nyimut maaf ya tulisannya segini ja dulu, he2 :) semoga hari yang kita jalani selalu mendapat perlindungan dan rahmat Allah :) )
Saturday, October 3, 2009
(buat Hamster Nyimut maaf ya tulisannya segini ja dulu, he2 :) semoga hari yang kita jalani selalu mendapat perlindungan dan rahmat Allah :) )
Sunday, September 6, 2009
MAAF
"Maaf itu apa Bu?" Tanya seorang siswa kelas 4 padaku.
"Maaf itu, adalah suatu perkataan yang akan membuka hati manusia, yang akan menyucikan diri manusia."
"Kenapa hati manusia harus dibuka dan harus suci , bu? bukannya kata ibu saat lahir kita sudah suci?"
Huf, aku tercekat, berusaha untuk mencari jawaban yang sederhana, tepat, dan mudah dimengerti bagi anak seusianya.
"Iya, benar, ketika kita lahir dalam keadaan suci tapi lama-kelamaan kita akan melakukan berbagai kegiatan dosa kecil yang tanpa disadari, hingga nantinya dosa besar yang dilakukan dengan sadar."
"Tapi Mula nggak pernah berbuat dosa."
"Mula pernah nggak menolak ketika diminta tolong ibu Mula untuk melakukan sesuatu, misalnya ke warung, belajar, sholat, atau berkata ah ibu?"
"Iya bu, memang kenapa?"
" Nah, itu yang namanya dosa kecil yang kita lakukan tanpa sadar atau sengaja yang lama-lama akan mengotori hati kita yang suci. Sedangkan dosa besar, kita sudah tahu perbuatan itu salah tapi kita masih melakukannya. Nah, untuk menghapus dosa itu makanya kita harus meminta maaf untuk menyucikan hati kita kembali."
Percakapan yang singkat tapi sangat bermakna tentang maaf.
Maaf dariNya insyaallah sangat mudah didapat karena dia Maha Pemaaf.
Tapi mendapat maaf manusia sangat sulit didapat karena mereka bukan Maha Pemaaf
Karena manusia masih selalu mempertahankan egonya, ego yang selalu penuh dengan kesombongan, kesombongan yang sebenarnya tak pantas dimiliki.
Semoga hati ini selalu dipenuhi kata maaf :)
"Maaf itu, adalah suatu perkataan yang akan membuka hati manusia, yang akan menyucikan diri manusia."
"Kenapa hati manusia harus dibuka dan harus suci , bu? bukannya kata ibu saat lahir kita sudah suci?"
Huf, aku tercekat, berusaha untuk mencari jawaban yang sederhana, tepat, dan mudah dimengerti bagi anak seusianya.
"Iya, benar, ketika kita lahir dalam keadaan suci tapi lama-kelamaan kita akan melakukan berbagai kegiatan dosa kecil yang tanpa disadari, hingga nantinya dosa besar yang dilakukan dengan sadar."
"Tapi Mula nggak pernah berbuat dosa."
"Mula pernah nggak menolak ketika diminta tolong ibu Mula untuk melakukan sesuatu, misalnya ke warung, belajar, sholat, atau berkata ah ibu?"
"Iya bu, memang kenapa?"
" Nah, itu yang namanya dosa kecil yang kita lakukan tanpa sadar atau sengaja yang lama-lama akan mengotori hati kita yang suci. Sedangkan dosa besar, kita sudah tahu perbuatan itu salah tapi kita masih melakukannya. Nah, untuk menghapus dosa itu makanya kita harus meminta maaf untuk menyucikan hati kita kembali."
Percakapan yang singkat tapi sangat bermakna tentang maaf.
Maaf dariNya insyaallah sangat mudah didapat karena dia Maha Pemaaf.
Tapi mendapat maaf manusia sangat sulit didapat karena mereka bukan Maha Pemaaf
Karena manusia masih selalu mempertahankan egonya, ego yang selalu penuh dengan kesombongan, kesombongan yang sebenarnya tak pantas dimiliki.
Semoga hati ini selalu dipenuhi kata maaf :)
Sunday, August 9, 2009
Marhaban Ya Ramadhan
Kali ni ku berjanji,
akan lebih sungguh-sungguh lagi
akan lebih khusyuk lagi
janji itu selalu ku ucapkan setiap Ramadhan datang
1 minggu pertama ku lalui dengan penuh kekhusyukan
kemudian, di hari berikutnya
lambat laun
ku pun mulai menganggap Ramadhan sama dengan hari lainnya
tanpa sadar semua berlalu tanpa arti
3 hari menjelang idul fitri baru ku tersadar
ku segera berbenah diri
penyesalan pun baru menghampiri, huf...
(Semoga ketoledoran ku ini tak berulang pada Ramadhan ini)
akan lebih sungguh-sungguh lagi
akan lebih khusyuk lagi
janji itu selalu ku ucapkan setiap Ramadhan datang
1 minggu pertama ku lalui dengan penuh kekhusyukan
kemudian, di hari berikutnya
lambat laun
ku pun mulai menganggap Ramadhan sama dengan hari lainnya
tanpa sadar semua berlalu tanpa arti
3 hari menjelang idul fitri baru ku tersadar
ku segera berbenah diri
penyesalan pun baru menghampiri, huf...
(Semoga ketoledoran ku ini tak berulang pada Ramadhan ini)
Tuesday, August 4, 2009
Assalamulaikum
Assalamulaikum Dunia n seluruh isinya, semoga setiap hari yang dijalani selalu mendapat cinta rahmat dariNya, semoga kekhilafan yang selalu kita lakukan tiap detik selalu dimaafkan oleh Dia yang maa pemaaf :P
Wasalamualaikum
(He2 g tau mo nulis apa hanya ini yg bisa di persembahkan hari ini buat temen semua)
Wasalamualaikum
(He2 g tau mo nulis apa hanya ini yg bisa di persembahkan hari ini buat temen semua)
Monday, July 20, 2009
Sedikit Bercerita
Blogger: Catatan Merah Jambu - Edit Post "Sedikit Bercerita"
Tadi sore, aku hampir tidak bisa menahan kesabaranku, melihat tingkahnya yang mulai menaikkan emosiku, sampai aku berujar kalau kesabaranku ada batasnya. Andai aku bisa kesabaranku seperti mu. Tentu dalam menghadapinya aku tidak sampai seemosi ini.
Ketika aku membaca surat cinta berjudul Abasa. Barulah aku sadar kalau kamu tidak secara cuma-cuma mencapai semuanya. Kau pun tak luput dari khilaf karena kau sama sepertiku. Semua yang kau dapati, kau raih dengan penuh perjuangan.
Aku kembali membuka buku yang sudah 3 tahun tidak ku baca selama kuliah dulu, sedikit cerita tentangmu, tentang hidupmu yang selalu terancam, ketika kamu harus dibenci oleh keluargamu sendiri, ketika kepala yang fitrahmu pun harus berdarah,ketika tinja itu harus mengenai wajah teduhmu, semuanya kau lalui seolah tak ada penghujung dari sebuah kesabaran, keikhlasan dan kecintaan.
Ummati, hanya itu kata terakhir yang kau ucapkan saat Jibril mencabut nyawamu, semua itu karena kau mencintaiku, karena aku umatmu.
Semua itu seolah mencambukku. Mengapa aku seringkali mengeluh dan mengeluh. Semua yang aku lakukan sampai detik ini hanya berpikir untukku sendiri, dan terkadang untukku sendiri pun aku belum puas.
Aku terlalu egois, terlalu sibuk dengan diri sendiri, tanpa melihat sekitar, aku lupa bertanya pada diriku, seberapa bermanfaatkah aku bagi orang disekitarku? atau sudah samakah beratnya perjuanganku denganmu.
Semoga isra' n mi'raj menjadi ajang pengingat akan ketulusan hati dan kesabaran.
Teruntukmu pemilik senyum termanis, hati tersabar,dan akhlak terindah,
Selamanya dan pasti, aku akan mencintaimu dan merindukanmu :)
NB: Semuanya, dengerin lagu D-Masiv ya "Jangan Menyerah "
Syukuri Apa yang Ada, karena Hidup Adalah Anugerah
Tadi sore, aku hampir tidak bisa menahan kesabaranku, melihat tingkahnya yang mulai menaikkan emosiku, sampai aku berujar kalau kesabaranku ada batasnya. Andai aku bisa kesabaranku seperti mu. Tentu dalam menghadapinya aku tidak sampai seemosi ini.
Ketika aku membaca surat cinta berjudul Abasa. Barulah aku sadar kalau kamu tidak secara cuma-cuma mencapai semuanya. Kau pun tak luput dari khilaf karena kau sama sepertiku. Semua yang kau dapati, kau raih dengan penuh perjuangan.
Aku kembali membuka buku yang sudah 3 tahun tidak ku baca selama kuliah dulu, sedikit cerita tentangmu, tentang hidupmu yang selalu terancam, ketika kamu harus dibenci oleh keluargamu sendiri, ketika kepala yang fitrahmu pun harus berdarah,ketika tinja itu harus mengenai wajah teduhmu, semuanya kau lalui seolah tak ada penghujung dari sebuah kesabaran, keikhlasan dan kecintaan.
Ummati, hanya itu kata terakhir yang kau ucapkan saat Jibril mencabut nyawamu, semua itu karena kau mencintaiku, karena aku umatmu.
Semua itu seolah mencambukku. Mengapa aku seringkali mengeluh dan mengeluh. Semua yang aku lakukan sampai detik ini hanya berpikir untukku sendiri, dan terkadang untukku sendiri pun aku belum puas.
Aku terlalu egois, terlalu sibuk dengan diri sendiri, tanpa melihat sekitar, aku lupa bertanya pada diriku, seberapa bermanfaatkah aku bagi orang disekitarku? atau sudah samakah beratnya perjuanganku denganmu.
Semoga isra' n mi'raj menjadi ajang pengingat akan ketulusan hati dan kesabaran.
Teruntukmu pemilik senyum termanis, hati tersabar,dan akhlak terindah,
Selamanya dan pasti, aku akan mencintaimu dan merindukanmu :)
NB: Semuanya, dengerin lagu D-Masiv ya "Jangan Menyerah "
Syukuri Apa yang Ada, karena Hidup Adalah Anugerah
Friday, July 10, 2009
Thursday, July 9, 2009
Margono dan Jin Toman
Suatu hari Margono pergi ke ibukota Atrakaj. Ia ingin ke ibukota karena mendengar cerita kalo teman-teman yang pergi ke Atrakaj pasti kaya. Konon katanya di Atrakaj banyak jin-jin Toman yang siap mengabulkan permintaan. Akhirnya dengan semangat baja, eh salah maksudnya dengan semangat yang luar biasa tingginya membara dan amat sangat keras pergilah ia ke ibukota.
Sesampai di ibukota, ia sangat takjub melihat begitu banyak gedung-gedung bertingkat tinggi yang berdiri seolah menantang ketinggian langit. Alhasil MArgono pun berpikir kalau gedung-gedung itu buatan para jin Toman.
Sudah 10 jam 32 menit dan 41 detik Margono mengelilingi ibukota. Kini ia mulai bingung. Harus kemanakah ia? Rumah tak punya, saudara tak ada, keluarga kini telah jauh. Sampailah ia di TTMS (Tempat Tidur Manusia Sementara) Kurej Turup. Akhirnya ia putuskan malam itu untuk tidur di sana.
Suasana malam pun makin lama makin mencekam. Bau kemenyan semakin lama semakin menyengat. Suara burung hantu dan burung gagak menjadi musik pengantar tidur malam itu, ditambah dengan lolongan serigala, "Au...." (Eh, lupa di negara Aisenodini tidak ada syng namanya serigala, kalo gitu ganti deh anjing aja, [di ulang ya]) ditambah lolongan anjing "Au...."
Bulu Rhoma Irama Margono pun bergidik. Tapi ia pura-pura seolah tu bulu nggak ada. Ia pun mulai tertidur. Tanpa ia sadari kalau ia tertidur di atas kuburan salah satu mantan mahluk hidup bernama Mat Johar bin Otong Bengkong. (Maklumlah, kuburan itu tak terlihat seperti kuburan karena dibuat begitu indahnya, kuburan itu dimarmer warna pink, kayaknya tuh Mat Johar salah satu pinkers, tuh kuburan juga pake atap lagi, mungkin keluarganya takut kalo Mat Johar ntar kepanasan atau kehujanan di dalam kubur. Konon ceritanya, waktu mo buat kuburan Mat Johar tu, terpaksa dua kuburan yang dah nggak da bentuknya alias papan nisannya dah copot, karena nggak da yang ngunjungi tu kuburan terpaksa di bongkar. (He2 :P damai ja buat yang punya nama Mat Johar)
Sekarang kita ke mimpi Margono. Dalam mimpi Margono. Ia bertemu dengan jin yang besar, bayangin aja gambar jin Tomannya Aladin, kalo jin Tomannya Aladin warna biru, tapi kalo Jin Toman satu ini warna hitam, maklum Jin asli Aisenodni.
Gnubmasreb alias Bersambung. (Yang dah baca ni hukumnya wajib buat baca tulisan sambungannya) ^_^
Sesampai di ibukota, ia sangat takjub melihat begitu banyak gedung-gedung bertingkat tinggi yang berdiri seolah menantang ketinggian langit. Alhasil MArgono pun berpikir kalau gedung-gedung itu buatan para jin Toman.
Sudah 10 jam 32 menit dan 41 detik Margono mengelilingi ibukota. Kini ia mulai bingung. Harus kemanakah ia? Rumah tak punya, saudara tak ada, keluarga kini telah jauh. Sampailah ia di TTMS (Tempat Tidur Manusia Sementara) Kurej Turup. Akhirnya ia putuskan malam itu untuk tidur di sana.
Suasana malam pun makin lama makin mencekam. Bau kemenyan semakin lama semakin menyengat. Suara burung hantu dan burung gagak menjadi musik pengantar tidur malam itu, ditambah dengan lolongan serigala, "Au...." (Eh, lupa di negara Aisenodini tidak ada syng namanya serigala, kalo gitu ganti deh anjing aja, [di ulang ya]) ditambah lolongan anjing "Au...."
Bulu Rhoma Irama Margono pun bergidik. Tapi ia pura-pura seolah tu bulu nggak ada. Ia pun mulai tertidur. Tanpa ia sadari kalau ia tertidur di atas kuburan salah satu mantan mahluk hidup bernama Mat Johar bin Otong Bengkong. (Maklumlah, kuburan itu tak terlihat seperti kuburan karena dibuat begitu indahnya, kuburan itu dimarmer warna pink, kayaknya tuh Mat Johar salah satu pinkers, tuh kuburan juga pake atap lagi, mungkin keluarganya takut kalo Mat Johar ntar kepanasan atau kehujanan di dalam kubur. Konon ceritanya, waktu mo buat kuburan Mat Johar tu, terpaksa dua kuburan yang dah nggak da bentuknya alias papan nisannya dah copot, karena nggak da yang ngunjungi tu kuburan terpaksa di bongkar. (He2 :P damai ja buat yang punya nama Mat Johar)
Sekarang kita ke mimpi Margono. Dalam mimpi Margono. Ia bertemu dengan jin yang besar, bayangin aja gambar jin Tomannya Aladin, kalo jin Tomannya Aladin warna biru, tapi kalo Jin Toman satu ini warna hitam, maklum Jin asli Aisenodni.
Gnubmasreb alias Bersambung. (Yang dah baca ni hukumnya wajib buat baca tulisan sambungannya) ^_^
Tuesday, July 7, 2009
Huf...
Assalamualaikum ^_^
Huf... capeknya, jadi bingung mo nulis apa?
Tentang contreng, udah kebanyakan, mo yang ilmiah ntar keberatan, he2 sebenernya emang nggak sanggup :P
Bismillah,
Ceritanya tentang pengalaman Dini mulai ngajar pertama kali di Mts Manba'ul Hidayah Palembang. Sebuah sekolah yang tidak terlalu besar. Dini dapet tawaran ngajar di sana setelah tamat kuliah (Januari 2009). Ketika Dini pertama kali mengajar di sana, ada seorang guru bilang "Ngajarnya yang sabar ya." Dini cuma balas dengan seutas senyum, toh Dini ngerasa kegiatan mengajar n menghadapi siswa insyaallah dah biasa. Saat itu Dini dapet jatah ngajar di kelas sembilan. Pertama kali Dini memasuki ruangan kelas, terlihat wajah-wajah yang ceria, mungkin ni kebiasaan kalo ada guru baru, hampir sama kayak Dini dulu sekolah.
Kegiatan Dini awali dengan mengabsen siswa satu persatu, tidak lupa ketika mengabsen siswa Dini menyuruh mereka tuk menyebutkan nama panggilan mereka, mata pelajaran yang tidak mereka sukai dan tidak sukai berdasarkan alasan, serta cita-cita. Tapi kegiatan itu tiba-tiba terhenti ketika Dini memanggil siswa yang bernama Taufik Mardenis.
Pandangan Dini terpaku, tepat di depan meja Dini. Susunan bangku yang paling depan di sudut kanan. Seorang siswa yang asik tertidur sambil menelungkupkan kepala. Dini coba berdehem di sampingnya, tapi sepertinya dia tidak perduli. Dini coba lebih mengeraskan suara ketika Dini menjelaskan, tapi ia masih tak bergeming. Dini arahkan pandangan pada teman-temannya yang lain, sambil menggerenyitkan dahi, seolah bertanya.
Lalu ada siswa yang berada di deretan bangku nomor tiga tepat di sebelah kanan nyeletuk, "Biaso buk." Logat bahasa Palembangnya masih sangat kental.
Dini balas bertanya "Bener ya, memang biasa, dia tidur seperti ini?" Kali ni Dini arahkan pandangan Dini ke seluruh siswa. Tanpa di beri aba-aba, serentak mereka semua mengangguk. Akhirnya Dini pake jurus terakhir. Dini goyangkan bahunya, mungkin karena ia tersentak kaget akhirnya ia mendongakkan kepalanya dan segera membenahi posisi duduknya.
Dini lalu bertanya, "Kok, tidur nak?"
"Maaf, bu." Katanya santai dengan menggunakan logat bahasa Jakarta dan seolah tak terjadi apa-apa.
Dini hanya bisa berkata, "Ya sudah, lain kali jangan tidur lagi ya. Apalagi kalau sedang ada gurunya."
Dia hanya diam saja, tanpa mengatakan iya atau tidak sebagai pertanda kesepakatan.
Dini pun melanjutkan kegiatan mengabsen Dini yang sempat tertunda. Ternyata nama panggilannya cukup dengan Denis, mata pelajaran yang disukai dan tidak disukai tidak ada, dan cita-cita pun belum tahu.
Saat jam istirahat, Dini berkumpul di ruang guru, bersama guru-guru yang lain. Kesempatan ini Dini gunakan untuk bertanya tentang siswa yang bernama Denis yang tidur di dalam kelas. Anehnya semua guru yang Dini tanya mengenai Denis menjawab kalau kegiatan Denis tidur di kelas itu sudah biasa. Malah ada guru yang sudah menyiramnya dengan seember air. Ada yang sudah melemparinya dengan vas bunga plastik yang biasa menghias di meja guru, sampai vas itu terbelah dua. Ada yang melemparinya dengan kapur bahkan penghapus. Tapi toh ternyata ia tak pernah jera. Mungkin sudah jadi kebiasaanya untuk tidur.
Ketika hari selajutnya Dini mengajar di kelas sembilan lagi. Dini mempunyai cara yang sedikit jitu. sebelum memulai pelajaran, Dini menyuruhnya untuk membasuh mukanya di kamar mandi biar segar.
Satu minggu kegiatan mengajar Dini di sekolah itu alhamdulillah berjalan lancar. Tapi ternyata hal itu berlangsung sementara. Dini ingat sekali, pada saat itu hari Senin. Ketika Dini sedang memberikan materi di kelas sembilan, tiba-tiba Dini di panggil kepala sekolah. Dini pun segera memberikan latihan, untuk segera mereka kerjakan sementara saat Dini ke ruang kepala sekolah.
Ternyata di ruang kepala sekolah ada rapat mendadak mengenai, siswa kelas sembilan yang akan menghadapi UN tahun ini. Rapat mendadak ini berjalan sekitar lima belas menit. setelah itu Dini kembali ke kelas. Terlihat para siswa sedang mengerjakan latihan mereka, walau ada sebagian yang pura-pura. Tapi lagi-lagi pandangan Dini hampir lengah, ternyata siswa yang bernama Denis itu kembali tidur. Dini bener-bener nggak habis pikir.
Dini mencoba bertanya kepada teman-temannya, kenapa dia bisa seperti ini? Tapi mereka bilang tak tau. Mereka bilang kalau Denis adalah siswa pindahan dari Jakarta dua bulan yang lalu, Denis adalah orang Padang yang terkenal pelit (maaf klo ada yg berasal dr Padang) kalo di minta sumbangan atau uang fotocopy, ia tak pernah mau. Tapi kalau urusan uang jajan, ia nomor satu. Dia bisa makan nasi gemuk dua piring.
Ketika teman-temannya sedang bercerita tentang dia, tak disangka ia terbangun dan langsung berujar "Bukan, kayak itu bu!"
Dini dan semua siswa terkejut. Kami tidak menyangka kalau ternyata ia mendengarkan pembicaraan kami. Sejenak suasana pun hening. Dini mencoba untuk mengendalikan suasana.
"Lho, ibu kira Denis tidur?"
"Saya sebenarnya nggak mau sekolah di sini. Tapi keadaan yang memaksa saya. Saya tinggal di Jakarta sama ibu saya dan adek saya, bapak saya meninggalkan kami. Waktu sekolah saya jadi tukang copet bu. Saya bersama temen-temen saya mencopet pada setiap acara konser.Saya diberhentikan dari sekolah. Saya malu sama ibu, akhirnya saya minggat. Saya tinggal sama temen-temen saya sesama pencopet. Suatu hari saya ketemu seorang bapak yang baik sama saya, dia menolong saya, dia membuka hati saya. Saya akhirnya tinggal bersama dia dan bekerja menjaga tokonya. Suatu hari saya bertemu dengan tetangga ibu. Keesokannya ternyata ibu yang datang bersama tetangganya itu untuk menjemput saya. Saya sudah tidak bisa mengelak, lagipula Bapak itu mengizinkan. Sesampai di rumah ternyata ada paman saya dari Palembang. Terus dia bilang kalo saya lebih baik tinggal bersamanya saja di Palembang, dia akan menyekolahkan saya. Ibu saya langsung setuju, tanpa menanyakan pendapat saya. Akhirnya saya ke Palembang dan sekarang sekolah di sini. Saya suka tidur di sekolah karena saya capek, bu. Saya tinggal bersama paman dan keluarganya. Kerja saya sebelum pergi sekolah, mencuci piring, beres-beres rumah, mencuci baju yang bukan milik saya. Saya sebenernya tidak kesal mencuci baju paman dan bibi saya, tapi saya kesal mencuci baju anak-anaknya, apalagi mereka perempuan. setela kerja baru mandi dan pergi sekolah samapi belum sempat sarapan. saya di kasih uang lima ribu, dua ribu untuk ongkos pp, sedang tiga ribu untuk jajan, kalo saya makan banyak, itu karena saya lapar. Pulang sekolah harus ke pasar Lemabang, bantu jualan barang pecah belah sampai jam sebelas malam, setelah itu mengangkat barang-barang pesanan sampai jam dua belas malam, sampai di Brumah cucian piring sudah menunggu, rumah pun harus dirapikan. badan ini rasanya capek nian bu. Makanya saya sering tidur di kelas."
Kami semua terdiam, dasar Dini memang mudah sensitif, langsung jatuh deh air mata.
"Masih mending (wajar) kau Denis, kalo bagi aku itu biaso (biasa). Aku dulu tinggal di panti asuhan, di suruh begawe (bekerja)terus, malah sering di kasih nasik basi (nasi yang sudah basi)" Fitriani berujar. Hati ini rasanya perih nian. Dini bener-bener nggak nyangka. Belum sempat Dini berujar, tiba-tiba Putri menambahkan, "Aku cuma tinggal beduo samo kakak aku, mamak samo bapak aku lah meninggal, susah seneng kamo bagi samo-samo." Dan tak disangka, akhirnya kami sekelas menangis.
Dini tak menyangka kalau setelah cerita Denis, semuanya terungkap, mulai, dari Rosita, yang tinggal dengan pemilik yayasan sekolah.Orangtuanya tidak mampu menyekolahkannya. Dini tahu rasanya tinggal bersama orang lain yang bukan orang tua kita, karena Dini pernah mengalaminya, kita harus bisa menahan hati, sabar, harus rajin, dan harus membuat orang itu senang. Fitri, yang tinggal di panti asuhan yang sebenarnya oengtuanya masih ada. Ternyata ada, panti asuhan tertentu yang sengaja memanfaatkan anak-anak untuk usaha mereka, apalagi kalau akan datang penyumbang dana.Arif, yang sejak kecil di tinggal ayahnya dan baru-baru ini juga harus kehilangan ibunya, Putri, yang memang sudah yatim piatu. Fajar, yang semenjak ayah dan ibunya bercerai kini tinggal dengan neneknya, setiap pulang sekolah selalu pulang untuk makan nasi karena tidak ada uang untuk jajan, sedangkan yang lain alhamdulillah keluarganya masih lengkap, dan berkecukupan.
Tadak menyangka ini akan jadi acara curhat bersama. semenjak saat itu, Dini semakin akrab dengan mereka, tali persaudaraan dan pengertian antar sesama mereka pu semakin kuat terjalin. Dini selalu berusaha membuka pikiran mereka dan memberi semangat mereka, walau kadang diri dini pun sedang tek bersemangat. Sering juga sih Dini kelupaan, memberikan semangat, tapi Dini justru seneng karena mereka malah yang bertanya, "Mana kata-kata motivasinya bu?" atau sering bilang "Semangat". soalnya Dini kalau melihat mereka tidak semangat belajar, dini suka bilang "Semangat." :P
Alhamdulillah ujian tahun ini mereka lulus, walau baru lima bulan mengajar mereka, rasanya mereka bener-bener suada lama berada di hati Dini.
Alhamdulillah, akhirnya selesai juga ceritanya. Huf... capek nian. Mana tadi habis jadi saksi, mari tetap kita lanjutkan, he2 :P Alhamdulillah diri ini masih bisa bermanfat bagi orang lain.
"Sebaik-baik manusia adalah ketika ia bermanfaat bagi orang lain."
SEMANGAT YA SAHABAT ^_^
Huf... capeknya, jadi bingung mo nulis apa?
Tentang contreng, udah kebanyakan, mo yang ilmiah ntar keberatan, he2 sebenernya emang nggak sanggup :P
Bismillah,
Ceritanya tentang pengalaman Dini mulai ngajar pertama kali di Mts Manba'ul Hidayah Palembang. Sebuah sekolah yang tidak terlalu besar. Dini dapet tawaran ngajar di sana setelah tamat kuliah (Januari 2009). Ketika Dini pertama kali mengajar di sana, ada seorang guru bilang "Ngajarnya yang sabar ya." Dini cuma balas dengan seutas senyum, toh Dini ngerasa kegiatan mengajar n menghadapi siswa insyaallah dah biasa. Saat itu Dini dapet jatah ngajar di kelas sembilan. Pertama kali Dini memasuki ruangan kelas, terlihat wajah-wajah yang ceria, mungkin ni kebiasaan kalo ada guru baru, hampir sama kayak Dini dulu sekolah.
Kegiatan Dini awali dengan mengabsen siswa satu persatu, tidak lupa ketika mengabsen siswa Dini menyuruh mereka tuk menyebutkan nama panggilan mereka, mata pelajaran yang tidak mereka sukai dan tidak sukai berdasarkan alasan, serta cita-cita. Tapi kegiatan itu tiba-tiba terhenti ketika Dini memanggil siswa yang bernama Taufik Mardenis.
Pandangan Dini terpaku, tepat di depan meja Dini. Susunan bangku yang paling depan di sudut kanan. Seorang siswa yang asik tertidur sambil menelungkupkan kepala. Dini coba berdehem di sampingnya, tapi sepertinya dia tidak perduli. Dini coba lebih mengeraskan suara ketika Dini menjelaskan, tapi ia masih tak bergeming. Dini arahkan pandangan pada teman-temannya yang lain, sambil menggerenyitkan dahi, seolah bertanya.
Lalu ada siswa yang berada di deretan bangku nomor tiga tepat di sebelah kanan nyeletuk, "Biaso buk." Logat bahasa Palembangnya masih sangat kental.
Dini balas bertanya "Bener ya, memang biasa, dia tidur seperti ini?" Kali ni Dini arahkan pandangan Dini ke seluruh siswa. Tanpa di beri aba-aba, serentak mereka semua mengangguk. Akhirnya Dini pake jurus terakhir. Dini goyangkan bahunya, mungkin karena ia tersentak kaget akhirnya ia mendongakkan kepalanya dan segera membenahi posisi duduknya.
Dini lalu bertanya, "Kok, tidur nak?"
"Maaf, bu." Katanya santai dengan menggunakan logat bahasa Jakarta dan seolah tak terjadi apa-apa.
Dini hanya bisa berkata, "Ya sudah, lain kali jangan tidur lagi ya. Apalagi kalau sedang ada gurunya."
Dia hanya diam saja, tanpa mengatakan iya atau tidak sebagai pertanda kesepakatan.
Dini pun melanjutkan kegiatan mengabsen Dini yang sempat tertunda. Ternyata nama panggilannya cukup dengan Denis, mata pelajaran yang disukai dan tidak disukai tidak ada, dan cita-cita pun belum tahu.
Saat jam istirahat, Dini berkumpul di ruang guru, bersama guru-guru yang lain. Kesempatan ini Dini gunakan untuk bertanya tentang siswa yang bernama Denis yang tidur di dalam kelas. Anehnya semua guru yang Dini tanya mengenai Denis menjawab kalau kegiatan Denis tidur di kelas itu sudah biasa. Malah ada guru yang sudah menyiramnya dengan seember air. Ada yang sudah melemparinya dengan vas bunga plastik yang biasa menghias di meja guru, sampai vas itu terbelah dua. Ada yang melemparinya dengan kapur bahkan penghapus. Tapi toh ternyata ia tak pernah jera. Mungkin sudah jadi kebiasaanya untuk tidur.
Ketika hari selajutnya Dini mengajar di kelas sembilan lagi. Dini mempunyai cara yang sedikit jitu. sebelum memulai pelajaran, Dini menyuruhnya untuk membasuh mukanya di kamar mandi biar segar.
Satu minggu kegiatan mengajar Dini di sekolah itu alhamdulillah berjalan lancar. Tapi ternyata hal itu berlangsung sementara. Dini ingat sekali, pada saat itu hari Senin. Ketika Dini sedang memberikan materi di kelas sembilan, tiba-tiba Dini di panggil kepala sekolah. Dini pun segera memberikan latihan, untuk segera mereka kerjakan sementara saat Dini ke ruang kepala sekolah.
Ternyata di ruang kepala sekolah ada rapat mendadak mengenai, siswa kelas sembilan yang akan menghadapi UN tahun ini. Rapat mendadak ini berjalan sekitar lima belas menit. setelah itu Dini kembali ke kelas. Terlihat para siswa sedang mengerjakan latihan mereka, walau ada sebagian yang pura-pura. Tapi lagi-lagi pandangan Dini hampir lengah, ternyata siswa yang bernama Denis itu kembali tidur. Dini bener-bener nggak habis pikir.
Dini mencoba bertanya kepada teman-temannya, kenapa dia bisa seperti ini? Tapi mereka bilang tak tau. Mereka bilang kalau Denis adalah siswa pindahan dari Jakarta dua bulan yang lalu, Denis adalah orang Padang yang terkenal pelit (maaf klo ada yg berasal dr Padang) kalo di minta sumbangan atau uang fotocopy, ia tak pernah mau. Tapi kalau urusan uang jajan, ia nomor satu. Dia bisa makan nasi gemuk dua piring.
Ketika teman-temannya sedang bercerita tentang dia, tak disangka ia terbangun dan langsung berujar "Bukan, kayak itu bu!"
Dini dan semua siswa terkejut. Kami tidak menyangka kalau ternyata ia mendengarkan pembicaraan kami. Sejenak suasana pun hening. Dini mencoba untuk mengendalikan suasana.
"Lho, ibu kira Denis tidur?"
"Saya sebenarnya nggak mau sekolah di sini. Tapi keadaan yang memaksa saya. Saya tinggal di Jakarta sama ibu saya dan adek saya, bapak saya meninggalkan kami. Waktu sekolah saya jadi tukang copet bu. Saya bersama temen-temen saya mencopet pada setiap acara konser.Saya diberhentikan dari sekolah. Saya malu sama ibu, akhirnya saya minggat. Saya tinggal sama temen-temen saya sesama pencopet. Suatu hari saya ketemu seorang bapak yang baik sama saya, dia menolong saya, dia membuka hati saya. Saya akhirnya tinggal bersama dia dan bekerja menjaga tokonya. Suatu hari saya bertemu dengan tetangga ibu. Keesokannya ternyata ibu yang datang bersama tetangganya itu untuk menjemput saya. Saya sudah tidak bisa mengelak, lagipula Bapak itu mengizinkan. Sesampai di rumah ternyata ada paman saya dari Palembang. Terus dia bilang kalo saya lebih baik tinggal bersamanya saja di Palembang, dia akan menyekolahkan saya. Ibu saya langsung setuju, tanpa menanyakan pendapat saya. Akhirnya saya ke Palembang dan sekarang sekolah di sini. Saya suka tidur di sekolah karena saya capek, bu. Saya tinggal bersama paman dan keluarganya. Kerja saya sebelum pergi sekolah, mencuci piring, beres-beres rumah, mencuci baju yang bukan milik saya. Saya sebenernya tidak kesal mencuci baju paman dan bibi saya, tapi saya kesal mencuci baju anak-anaknya, apalagi mereka perempuan. setela kerja baru mandi dan pergi sekolah samapi belum sempat sarapan. saya di kasih uang lima ribu, dua ribu untuk ongkos pp, sedang tiga ribu untuk jajan, kalo saya makan banyak, itu karena saya lapar. Pulang sekolah harus ke pasar Lemabang, bantu jualan barang pecah belah sampai jam sebelas malam, setelah itu mengangkat barang-barang pesanan sampai jam dua belas malam, sampai di Brumah cucian piring sudah menunggu, rumah pun harus dirapikan. badan ini rasanya capek nian bu. Makanya saya sering tidur di kelas."
Kami semua terdiam, dasar Dini memang mudah sensitif, langsung jatuh deh air mata.
"Masih mending (wajar) kau Denis, kalo bagi aku itu biaso (biasa). Aku dulu tinggal di panti asuhan, di suruh begawe (bekerja)terus, malah sering di kasih nasik basi (nasi yang sudah basi)" Fitriani berujar. Hati ini rasanya perih nian. Dini bener-bener nggak nyangka. Belum sempat Dini berujar, tiba-tiba Putri menambahkan, "Aku cuma tinggal beduo samo kakak aku, mamak samo bapak aku lah meninggal, susah seneng kamo bagi samo-samo." Dan tak disangka, akhirnya kami sekelas menangis.
Dini tak menyangka kalau setelah cerita Denis, semuanya terungkap, mulai, dari Rosita, yang tinggal dengan pemilik yayasan sekolah.Orangtuanya tidak mampu menyekolahkannya. Dini tahu rasanya tinggal bersama orang lain yang bukan orang tua kita, karena Dini pernah mengalaminya, kita harus bisa menahan hati, sabar, harus rajin, dan harus membuat orang itu senang. Fitri, yang tinggal di panti asuhan yang sebenarnya oengtuanya masih ada. Ternyata ada, panti asuhan tertentu yang sengaja memanfaatkan anak-anak untuk usaha mereka, apalagi kalau akan datang penyumbang dana.Arif, yang sejak kecil di tinggal ayahnya dan baru-baru ini juga harus kehilangan ibunya, Putri, yang memang sudah yatim piatu. Fajar, yang semenjak ayah dan ibunya bercerai kini tinggal dengan neneknya, setiap pulang sekolah selalu pulang untuk makan nasi karena tidak ada uang untuk jajan, sedangkan yang lain alhamdulillah keluarganya masih lengkap, dan berkecukupan.
Tadak menyangka ini akan jadi acara curhat bersama. semenjak saat itu, Dini semakin akrab dengan mereka, tali persaudaraan dan pengertian antar sesama mereka pu semakin kuat terjalin. Dini selalu berusaha membuka pikiran mereka dan memberi semangat mereka, walau kadang diri dini pun sedang tek bersemangat. Sering juga sih Dini kelupaan, memberikan semangat, tapi Dini justru seneng karena mereka malah yang bertanya, "Mana kata-kata motivasinya bu?" atau sering bilang "Semangat". soalnya Dini kalau melihat mereka tidak semangat belajar, dini suka bilang "Semangat." :P
Alhamdulillah ujian tahun ini mereka lulus, walau baru lima bulan mengajar mereka, rasanya mereka bener-bener suada lama berada di hati Dini.
Alhamdulillah, akhirnya selesai juga ceritanya. Huf... capek nian. Mana tadi habis jadi saksi, mari tetap kita lanjutkan, he2 :P Alhamdulillah diri ini masih bisa bermanfat bagi orang lain.
"Sebaik-baik manusia adalah ketika ia bermanfaat bagi orang lain."
SEMANGAT YA SAHABAT ^_^
Monday, July 6, 2009
Kepada Sepasang Bangku dan Meja di Sudut Sana
Pagi itu, ia terlihat sangat manis. Seragam putih abu-abu begitu cocok ia kenakan. Sesekali senyum tipis terlihat menghias wajahnya. Kejadian itu begitu sederhana untuk dilupakan.
Duhai kalian yang telah bersamanya. Telahkah kalian ceritakan padanya kalau aku selalu menatapnya ketika pikirannya asyik dengan kimia? Telahkah kalian ceritakan padanya kalau jantungku selalu berdegup ketika harus melewatinya di hadapan kalian?
Telahkah juga kalian ceritakan kepadanya bahwa ketika bel pulang berdentang, kutunggu ia dengan sabar meninggalkan kelas? Hingga hanya aku sendirian di sana. Hanya untuk bicara dengan kalian, merasakan hangatnya bangku yang telah ia duduki dan meja tempat ia menidurkan kepalanya. Dan telahkah kalian ceritakan, kalau aku hanyalah seekor burung dara yang tiap hari hinggap di pohon samping sekolah?
Gambar di ambil http://tunascendekia.org/wordpress/archives/date/2006/page/7/
Sunday, July 5, 2009
Ayo Mengajar
Setelah baca di blog mas Anang Prayogo, jadi ingin cerita ngajar juga ^_^
Dini nggak bisa nyangka kalau toh akhirnya pekerjaan Dini sekarang sebagai seorang guru. Dulu cita-citanya mau jadi dokter atau orang kantoran ^_^
Mengajar bagi Dini adalah sebuah tantangan yang luar biasa beratnya. Menghadapi puluhan bahkan ratusan orang setiap hari dengan pemikiran dan sifat yang berbeda, kosep penerimaan yang berbeda, bahkan level IQ yang berbeda. Apalagi kalau ternyata Dini sebagai guru, juga sedang dirudung begitu banyak masalah.
Ingin rasanya mengajar hanya dengan memerintahkan siswa mencatat/meringkas saja, mengerjakan latihan soal saja/latihan LKS saja. Kemudian Dini ke ruang guru untuk istirahat meninggalkan mereka. Tapi Dini inget, kata-kata guru SMP dahulu. Dia bilang Orang yang pertama kali masuk neraka tu adalah guru. Hal itu terjadi jika guru salah menyampaikan ilmu kepada siswanya dan ilmu itu sudah tertanam di pemikiran siswa, apalagi kalau siswa tersebut kemudian menyebarkannya lagi, dan semua itu berlanjut tanpa koreksi. Huf....
Temen Dini juga pernah bilang, kalo semua pekerjaan, sekecil apapun itu, butuh tanggung jawab atau istilah lebih nusuknya lagi adalah harus dipertanggungjawabkan. Maka, pekerjaan itu harus dilakukan dengan cara yang terbaik. Dan kunci terakhinya adalah ikhlas Lillahita'alla.
Rasanya bersyukur banget kenal dengan mereka, orang-orang yang senantiasa mengingatkan dalam hal kebaikan, makasih Allah ^_^
Subscribe to:
Posts (Atom)